Tentang
Raja Ampat
Lokasi
Kepulauan Raja Ampat merupakan rangkaian empat gugusan pulau yang berdekatan dan terletak di ujung barat laut Semenanjung Kepala Burung (Vogelkoop) di Provinsi papua Barat, Indonesia. Raja Ampat adalah kepulauan yang terdiri dari 1.846 pulau kecil, pulau karang, dan laut dangkal yang mengelilingi empat pulau utamanya yaitu: Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo. Kabupaten Raja Ampat merupakan kabupaten baru yang terpisah dari Kabupaten Sorong pada tahun 2004.
Raja Ampat meliputi lebih dari 40.000 km2 daratan dan laut. Sumber daya alam laut Raja Ampat menjadikannya sangat potensial sebagai kawasan wisata. Banyak sumber menempatkan Raja Ampat sebagai satu dari 10 tempat paling popular untuk menyelam sekaligus mempertahankan peringkat nomor satu dalam hal keanekaragaman hayati bawah air.
Untuk menuju Raja Ampat, Anda dapat mengambil penerbangan ke Bandara Domine Eduard Osok-Sorong. Dari Sorong Anda dapat melanjutkan perjalanan menggunakan kapal cepat ke Waisai ataupun ke Misool. Adapun jadwal Kapal Cepat adalah sebagai berikut:
- Sorong-Waisai: Setiap hari pk.09.00 WIT dan pk.14.00 WIT (durasi 2 jam perjalanan)
- Waisai-Sorong: Setiap hari pk.09.00 WIT dan pk.14.00 WIT (durasi 2 jam perjalanan)
- Sorong-Misool: Senin dan Rabu pk.10.00 WIT, Jumat pk.13.30 WIT (durasi 5-6 jam perjalanan)
- Misool-Sorong: Selasa, Kamis, Sabtu pk.08.00 WIT (durasi 5-6 jam perjalanan)
Cuaca
Sejarah
Nama Raja Ampat berasal dari mitos rakyat setempat tentang sepasang suami-istri yang pergi ke hutan untuk mencari makanan. Ketika mereka tiba di tepi Sungai Waikeo (Wai artinya air, kew artinya teluk) mereka menemukan enam butir telur naga. Telur-telur tersebut disimpan dalam noken (kantong) dan dibawa pulang, sesampainya di rumah telur-telur tersebut disimpan dalam kamar. Ketika malam hari mereka mendengar suara bisik-bisik, betapa kagetnya mereka ketika mereka melihat ke-lima butir telur itu telah menetas berwujud empat anak laki-laki dan satu anak perempuan, semuanya berpakaian halus yang menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan raja.
Ke-empat anak laki-laki tersebut bernama:
1.War, yang kemudian menjadi Raja di Waigeo
2.Betani, yang kemudian menjadi Raja di Salawati
3.Dohar, yang kemudian menjadi Raja di Lilinta (Misool)
4.Mohamad, yang kemudian menjadi Raja di Waigama (Batanta)
Sedangkan anak yang perempuan bernama Pintolee. Suatu ketika anak perempuan tersebut diketahui sedang hamil dan oleh kakak-kakaknya Pintolee ditelatakkan dalam kulit bia (kerang) besar kemudian dihanyutkan hingga terdampar di Pulau Numfor (Biak).
Satu telurlagi tidak menetas dan menjadi batu yang diberi nama Kapatnai dan diperlakukan sebagai raja bahkan diberi ruangan tempat bersemayam lengkap dengan pengawal di kanan-kiri pintu masuk bahkan setiap tahunnya dimandikan dan air mandinya disiramkan kepada masyarakat sebagai baptisan untuk suku Kawe. Tidak setiap saat batu tersebut bisa dilihat kecuali satu tahun sekali yaitu saat dimandikan.
Sejarah juga menyebutkan bahwa Raja Ampat pernah menjadi bagian dari Kesultanan Tidore, sebuah kesultanan berpengaruh dari Maluku.
Dibeberapa goa yang tersebar di Tomolol, Distrik Misool Timur ditemukan peninggalan prasejarah berupa cap tangan yang diterakan pada dinding batu karang. Uniknya, cap-cap tangan ini berada sangat dekat dengan permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Menurut perkiraan, usia cap-cap tangan ini sekitar 50.000 tahun dan menjadi bagian dari rangkaian petunjuk jalur penyebaran manusia dari kawasan barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia.
Seni & Budaya
Wilayah Raja Ampat secara administrative terletak di pulau Papua, dimana terdapat banyak sekali keunikan, mulai dari keunikan alam sampai budaya dan peninggalan kuno, yang berhubungan dengan sejarah asal muasal keberadaan masyarakat Raja Ampat. Di antara wilayah Raja Ampat terdapat tarian tradisional yaitu Tarian Bintaki dari Waigeo Utara dan Tarian Setan Gamutu dari Misool.
Bagi masyarakat Papua pada umumnya, dan Raja Ampat pada khususnya, tari dan bunyi-bunyian menjadi perantara komunikasi budaya. Alat music seperti seruling, tambur, tifa, gong, parang, dan alat peperangan dikoreografikan sedemikian rupa menjadi sebuah dialog kebudayaan. Lewat tari dan music Raja Ampat menyampaikan kekhasan budaya dan identitas pribadi. Dalam geraknya yang dinamis, serentak dan terkadang ritmis ada cerita yang disampaikan kepada penikmatnya.
Konservasi
Untuk menjaga keanekaragaman hayati laut, pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan Provinsi Papua Barat bekerja sama dengan The Nature Conservacy(TNC), Conservation International (CI) Indonesia, dan beberapa pihak lain mengembangkan pengelolaan dan perencanaan wilayah Kawasan Konservasi Laut Raja Ampat. Kawasan Konservasi Laut ini melindungi sekitar 45% terumbu karang dan mangrove (bakau) di Raja Ampat. Selain itu, pemerintah Raja Ampat juga menetapkan seluruh kawasan Raja Ampat sebagai tempat perlindingan hiu dan ikan pari. Di Misool, terdapat sebuah perjanjian antara masyarakat setempat dengan pengelola Misool Eco Resort untuk membuat zona larangan menangkap ikan seluas 425 km2.
Untuk mendukung program konservasi di Raja Ampat, maka dikeluarkan Pergub Papua Barat No 04 Tahun 2019 yang mengharuskan setiap turis yang memasuki Raja Ampat untuk membayar tarif masuk Raja Ampat, yang juga dikenal dengan Kartu Jasa Lingkungan (KJL) atau sering disebut juga PIN Raja Ampat.
Harga KJL/PIN Raja Ampat:
*wisatawan domestik (WNI) Rp.425.000,-/orang
*wisatawan asing (WNA/KITAS) Rp.700.000,-/orang.
Masa berlaku KJL/PIN Raja Ampat adalah 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal pembelian.
Adapun usia wisatawan yang wajib membeli KJL/PIN Raja Ampat adalah 12 tahun ke atas.
Nama yang tertera pada KJL/PIN Raja Ampat harus sesuai dengan nama di KTP atau Paspor wisatawan.
Jika wisatawan tidak dapat menunjukkan KJL/PIN Raja Ampat saat terdapat pemeriksaan oleh petugas, maka wisatawan tersebut tidak diijinkan melanjutkan tour dan akan mendapat sanksi administratif.